Rabu, 26 Oktober 2016

Trap-Ease America Study Case: The Big Cheese of Moustraps [BAHASA INDONESIA]


  1. Martha and the Trap-Ease America investors believe they face a once-in-a-lifetime opportunity. What information do they need to evaluate this opportunity? How do you think the group would write its mission statement? How would you write it?
  2. Has Martha identified the best target market for Trap-Ease? What other market segments might the firm target?
  3. How has the company positioned the Trap-Ease for the chosen target market? Could it position the product in other ways?
  4. Describe the current marketing mix for Trap-Ease. Do you see any problems with this mix?
  5. Who is Trap-Ease America’s competition?
  6. How would you change Trap-Ease’s marketing strategy? What kinds of control procedures would you establish for this strategy?
Jawaban:

  1. Mengetahui konsep manajemen marketing yang paling sesuai bagi perusahaan
    Menentukan nilai yang akan menjadi ciri khas produk mereka dan menggunakannya untuk bersaing dengan kompetitor lain
    Menentukan target pasar yang tepat dan bagaimana memposisikan produk mereka dengan baik
    Mission statement: Trap-Ease provide a mouse-free environment with no risk, no injury, no poisoning threat, and mess-free. 
  2. Martha telah mengidentifikasi target pasar bagi Trap-Ease dengan tepat, yakni wanita. Terutama wanita yang tinggal di rumah (ibu rumah tangga) bersama anak-anak atau hewan peliharaan. Sebab mereka ingin mengatasi masalah tikus yang berkeliaran di rumah, namun tidak ingin melakukan kontak langsung dengan tikus yang tertangkap dan tidak menginginkan kekacauan yang ditimbulkan oleh jebakan tikus konvensional. Target pasar lain yang berpotensi adalah wanita yang tinggal sendirian di rumah. Sebab wanita yang tinggal sendirian di rumah tidak memiliki orang lain yang dapat membantu mengatasi masalah tikus di rumahnya sehingga kemungkinan besar akan tertarik membeli jebakan tikus yang nyaman dan efektif seperti yang ditawarkan Trap-Ease.
  3. Trap-Ease memposisikan produknya melalui national grocery, hardware, dan drug chains seperti Safeway, Kmart, Hechingers, and CB Drug.. Produk dijual langsung ke pengecer besar untuk menghindari tengkulak. Produk juga dapat diposisikan melalui convenience store yang memiliki banyak cabang dan mudah dijangkau.
  4. Product: Trap-Ease America menjual perangkap tikus yang inovatif yang menjawab keinginan dan kebutuhan pelanggannya akan perangkap tikus yang aman, nyaman, dan efektif untuk digunakan. Price: Trap-Ease America menjual produknya sebesar $2.49 untuk 1 kemasan yang terdiri dari dua set penjebak tikus. Place: National grocery, hardware, drug chains. Contoh: Safeway, Kmart, Hechingers, dan CB Drug. Promotion: Trap-Ease Advertising budget: $60,000 ; $10,000 untuk iklan di Good Housekeeping dan majalah yang serupa ; $50,000 spent on travel costs to visit trade shows and make sales calls to retailers. Masalah yang ada pada marketing mix ini adalah: Produk: pada dasarnya pembeli mencari solusi yang lebih baik bagi masalah tikus yang berkeliaran di rumahnya, namun bukan berarti mereka mencari produk jebakan tikus yang lebih baik. Solusi yang lebih baik tersebut dapat berupa chemical spray, exterminating service, kucing rumah, dan hal lain yang bekerja lebih baik dari jebakan tikus. Promosi: pada aspek ini Trap-Ease dapat memanfaatkan kemajuan teknologi internet dan memasarkan produknya di jejaring sosial yang banyak diakses oleh wanita. Selain itu dapat pula mengiklankan produknya di acara-acara televisi yang populer di kalangan wanita.
  5. Produk yang dapat menjadi pesaing bagi produk jebakan tikus Trap-Ease adalah produk chemical spray, exterminating service, kucing rumah, atau produk lain yang bekerja lebih baik dari jebakan tikus.
  6. Konsep manajemen marketing yang paling sesuai untuk perusahaan Trap-Ease adalah konsep produk. Hal itu berarti konsumen akan memilih produk yang menawarkan kualitas, performa, dan inovasi yang lebih baik. Berdasarkan konsep ini, strategi marketing harus fokus pada pengembangan produk secara terus-menerus. Kualitas produk dan pengembangan produk merupakan bagian yang penting. Meski demikian, berfokus hanya pada produk dapat menyebabkan marketing myopia. Marketing myopia adalah keteledoran pemasar yang tidak melihat kebutuhan konsumen di masa depan, sehingga penglihatan pemasar hanya terpatok pada potensi penjualan produk saat ini. Pemasar-pemasar yang ‘menderita’ rabun jauh ini pada gilirannya hanya tinggal menunggu waktu sampai mereka ‘tersandung dan jatuh’ karena penglihatannya yang kabur tersebut. Sehingga jika ingin produk Trap-Ease terjual maka perusahaan harus merancang desain, kemasan, dan harga yang menarik. Selain itu memosisikan produk di saluran distribusi yang nyaman, memosisikan produk agar mendapat perhatian dari orang-orang yang membutuhkannya, dan meyakinkan pembeli bahwa produk tersebut lebih baik (misal mengangkat nilai ‘kemanusiaan’ alias tidak perlu membunuh tikus apabila tidak mau, produk hemat karena dapat dipakai berkali-kali, kualitas bahan lebih baik sehingga tidak mudah rusak, mudah dioperasikan, dan sebagainya).

JetBlue Study Case: Delighting Through Happy Jetting [BAHASA INDONESIA]

  1. Give examples of needs, wants, and demands that JetBlue customers demonstrate, differentiating these three concepts. What are the implications of each for JetBlue’s practices?
  2. Describe in detail all the facets of JetBlue’s product. What is being exchanged in a JetBlue transaction?
  3. Which of the five marketing management concepts best applies to JetBlue?
  4. What value does JetBlue create for its customers?
  5. Is JetBlue likely to continue being successful in building customer relationships? Why or why not?
Jawaban:
  1. Need adalah kebutuhan yang menggambarkan tuntutan paling mendasar dari konsumen. Need yang dibutuhkan para konsumen Jetblue adalah jasa penerbangan, tempat duduk di pesawat, makanan/minuman selama penerbangan, layanan hiburan di dalam pesawat, dan layanan pelanggan yang diberikan sebelum penerbangan maupun saat penerbangan berlangsung. Sedangkan wants  adalah kebutuhan yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu. Wants yang diinginkan oleh para konsumen adalah pilihan makanan/minuman yang bervariasi, kursi dengan jarak kaki yang nyaman, berbagai macam pilihan hiburan selama penerbangan, dan akses WiFi gratis. Sementara demand adalah keinginan terhadap produk tertentu yang didukung oleh daya beli. Demand dari para konsumen JetBlue adalah jarak kaki yang dapat diperbesar dengan biaya $10, pemesanan saluran televisi atau film sesuai keinginan konsumen hanya dengan biaya sebesar $6, dan fasilitas lengkap dan mewah layaknya mall yang ditawarkan di terminal utama Jetblue. Implikasi dari berbagai hal yang dilakukan oleh JetBlue adalah ingin memberikan pengalaman terbang yang menyenangkan bagi semua konsumennya. Jetblue menyadari bahwa pelanggan yang mendapatkan pengalaman yang terbang yang menyenangkan akan merasa takjub kemudian akan merekomendasikan Jetblue kepada orang-orang di sekitarnya secara sukarela. Selain itu konsumen yang puas akan menjadi loyal kepada Jetblue sehingga mereka akan terus kembali menggunakan jasa Jetblue. JetBlue berusaha sebaik mungkin untuk mengakomodasi needs, wants, dan demands dari setiap pelanggannya dan fokus terhadap kepuasan pelanggan.
  2. Produk yang ditawarkan oleh JetBlue adalah jasa penerbangan. Namun lebih dari itu Jetblue menawakan jasa penerbangan yang memiliki beragam aspek yang berbeda dari jasa penerbangan lain. Misalnya pada aspek kenyamanan, Jetblue menawakan tempat duduk yang lebih nyaman dengan ruang kaki yang lebih besar dari pesawat lain. Apabila konsumen menginginkan ruang kaki yang lebih besar lagi, Jetblue menyediakan pilihan tambahan hanya dengan biaya $10. Pada aspek hiburan, Jetblue menawarkan hiburan dengan layar LCD individual di setiap kursi yang dilengkapi dengan beragam saluran televisi dan radio. Apabila pilihan saluran tersebut kurang memadai, Jetblue menyediakan pilihan untuk menambahkan saluran sesuai keinginan konsumen dengan biaya $6. Pada aspek makanan/minuman di pesawat, Jetblue menawarkan beragam pilihan makanan ringan dan minuman yang bervariasi sehingga konsumen dihadapkan dengan lebih banyak pilihan untuk dicoba. Pada aspek fasilitas terminal, Jetblue menawarkan fasilitas lengkap dan mewah layaknya mall di terminal utamanya yang dilengkapi dengan jalur keamanan yang lebih banyak. Pada aspek layanan pelanggan, Jetblue menawarkan layanan pelanggan yang siap sedia dan ramah layaknya tetangga sendiri sehingga konsumen Jetblue merasa nyaman dan mudah dalam mengakses layanan penerbangan Jetblue.
    Hal yang ditukarkan dalam transaksi bisnis Jetblue adalah jasa penerbangan (product), layanan pelanggan yang memuaskan (service), dan pengalaman terbang yang menyenangkan (experience).
  3. Konsep manajemen marketing yang paling tepat bagai Jetblue adalah konsep marketing. Hal ini karena pada konsep marketing, keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan target pasarnya dan memberikan kepuasan yang diinginkan pelanggan lebih baik dari pesaing. Jetblue merupakan perusahaan yang berfokus pada konsumen dan nilai yang mereka berikan pada pelanggannya. Sehingga dengan cara tersebut Jetblue dapat memperoleh penjualan dan keuntungan. Jetblue menangkap dan merespon keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan baik sehingga mampu memberikan produk dan layanan yang terbaik bagi pelanggannya.
  4. Nilai yang ditawarkan oleh JetBlue adalah S.O.C.I.A.L, yaitu: (i) Standing for something, (ii) operationalizing the brand (iii) Conversing with customers, (iv) Involving, immersing employees, (v) Advocating the brand, dan (vi) listening.
  5. Jetblue akan tetap sukses dalam membangun hubungan dengan konsumen. Hal tersebut karena Jetblue mengerti konsep manajemen marketing yang terbaik bagi perusahaannya. Jetblue mengerti bahwa demi mencapai kesuksesan perusahaan maka Jetblue harus berfokus pada pelanggan, sehingga melalui nilai yang mereka bangun (S.O.C.I.A.L), Jetblue dapat konsisten menangkap dan merespon keinginan dan kebutuhan konsumen. Konsumen Jetblue akan merasa bahwa kebutuhan dan keinginannya dapat diakomodasi dengan baik oleh Jetblue sehingga menjadi loyal dan memiliki hubungan yang baik dengan Jetblue. Apabila hal ini terus dipertahankan oleh Jetblue maka motto perusahaan Jetblue yakni “Delighting Customer Through Happy Jetting” akan terus terealisasikan.

Bedah Artikel: Extending the geopolitical supply risk indicator: Application of life cycle sustainability assessment to the petrochemical supply chain of polyacrylonitrile-based carbon fiber.

Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk menguraikan aspek metodologis yang mengintegrasikan konsep kekritisan (criticality) dengan LCA untuk mengatasi dampak dari penggunaan sumber daya alam.

Artikel ini memperluas ruang lingkup praktek LCA saat ini dari yang digunakan hanya sebagai alat penilaian dampak lingkungan untuk memasukkan aspek-aspek lain seperti komponen geopolitik dan sosial di samping aspek geologi untuk memperluas ke konteks LCSA. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi rantai pasok dan memberikan penilaian risiko berdasarkan aspek geopolitik.

Batasan dari metode yang digunakan pada artikel ini adalah belum adanya keterkaitan yang jelas dengan LCA. Pada umumnya dampak lingkungan pada LCA dihitung per functional unit yang dicantumkan dalam goal dan scope definition. Namun dalam artikel ini, faktor risiko geopolitik yang digunakan hanya menghasilkan nilai risiko antar sumber daya yang bersifat relatif dan belum sepenuhnya dikaitkan dengan functional unit. Sehingga pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk menjabarkan nilai risiko yang dapat menggambarkan nilai masing-masing sumber daya yang dihitung berdasarkan functional unit.

Discussion: fokus utama artikel ini adalah untuk menilai aspek geopolitik sebagai aspek yang berpotensi mengganggu keberlanjutan pasokan sumber daya dalam jangka pendek. Namun, sebagian orang berpendapat bahwa seharusnya aspek sosio-ekonomi seperti aspek geopolitik seharusnya dianalisis menggunakan alat lain selain LCA. Sebab LCA dirancang untuk menilai dampak potensial suatu produk pada lingkungan per functional unit secara ‘snapshot’. Sehingga sangat sulit untuk menilai dampak dari aspek sosio-ekonomi yang seringkali berubah tergantung kondisi ekonomi dan sosial yang berubah-ubah. Satu solusi yang disebutkan dalam artikel ini ialah mengintegrasikan keduanya bukan menggunakan LCA melainkan LCSA.

Artikel ini menggunakan metodologi integrasi yang dibuat oleh Gemechu. Namun yang membedakan adalah artikel ini memasukkan variabel produksi dalam negeri dan rantai pasok multi-stage dalam perhitungan sehingga model yang dihasilkan akan lebih realistis.

Hasil penilaian pada artikel ini dapat mengidentifikasi risiko perdagangan pada sumber daya tertentu yang dibuat berdasarkan data impor dan faktor risikonya. Hasil penilaian ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi sumber potensial dan dapat menjadi informasi berguna bagi perumusan strategi manajemen lingkungan dan manajemen rantai pasok. Pengaplikasian hasil penilaian ini memerlukan pemahaman terhadap sistem rantai pasok secara utuh, komoditas pasar secara global, sumber data, dan penilaian dampak (life cycle impact assessment). Berdasarkan hal ini maka hasil penilaian jurnal ini dapat memetakan kontribusi risiko pada semua negara yang menjadi mitra perdagangan sehingga harapannya suatu industri dapat memilih mana mitra perdagangan yang lebih stabil dibanding yang lain sehingga risiko yang diakibatkan oleh faktor geopolitik dapat dikurangi.

Conclusion: Artikel ini memperluas penilaian faktor risiko geopolitik untuk mengevaluasi negara-negara penghasil dan pengimpor bahan bakar fosil petroleum, propena, dan acrylonitrile. Perhitungan faktor risiko geopolitik diperluas dengan memasukkan variabel produksi dalam negeri dan rantai pasok multi-stage. Hasil dari penilaian ini adalah nilai faktor risiko pada masing-masing negara dan klasifikasi negara-negara tersebut menjadi 4 kategori. Hasil penilaian ini dapat diintegrasikan dengan LCSA sehingga dapat mengevaluasi dampak suatu produk berdasarkan aspek lingkungan dan sosial ekonomi per functional unit. Namun dalam artikel ini belum terdapat keterkaitan yang jelas dengan LCA karena nilai risiko yang dimunculkan belum dapat menggambarkan dampak suatu sumber daya terhadap lingkungan dan sosial ekonomi per satuan unit.

Rabu, 05 Oktober 2016

Life Cycle Assessment


1. You want to decide whether to use a plastic or paper bag at the supermarket. The plastic bag weighs 40 g with a capacity of 9 L, and you estimate you will use it twice on average (reuse one additional time after the first use). The paper bag weighs 30 g with a capacity of 6 L and cannot be reused. Determine the FU, assuming the bags carry their maximum load. Determine the reference flows and key parameters linkinh the reference flows to the FU for the two scenarios, assuming manufacturing and disposal are negligible.

Jawaban:
Product or System
Functional Unit
Reference Flow
Key Parameter
Skenario 1:
Tas plastik
Membawa barang dengan volume 18 liter
-          1 tas plastik (40 gram)
-          2 kali pakai
-          Kapasitas maksimum
-          Banyaknya tas yang dipakai
Skenario 2:
Tas kertas
-          3 tas kertas (3 x 30 gram = 90 gram)
-          1 kali pakai

2. Use LCA to compare the use of paper towels in a public restroom with that of a hot-air dryer.
- Describe the function and any secondary functions of the system.
- Choose an FU that represents the function of the system.
- For each case, list the reference flows and key parameters corresponding to the selected FU.
- System boundary

 
Jawaban:
Product or System
Function
Secondary Function
Functional Unit
Reference Flow
Key Parametres
Key Parameter
Skenario 1:
Hot – Air Hand Dryer
Pengering tangan
-          Penghangat tangan
-          Pengering pakaian
Pengering tangan selama 20 tahun
-          Umur alat 20 tahun
-          Berat alat 12 kg
-          1800W untuk pemakaian 30 detik
-          Umur alat
-          Berat alat
-          Daya sekali pakai
-          Berat tissue yang digunakan per sekali pakai
-          Jarak transport sama untuk semua skenario
-          Penggunaan untuk sekali mengeringkan tangan
Skenario 2:
Paper towel
-          Menyeka wajah

-          Umur alat 10 tahun (perlu 2 alat)
-          Berat 2 alat (3 x 2 = 6 kg)
-          Pemakaian sekali pakai 3,58 gram

3. Use LCA to compare the use of paper towels in a public restroom with that of a hot-air dryer.
- Describe the function and any secondary functions of the system.
- Choose an FU that represents the function of the system.
- For each case, list the reference flows and key parameters corresponding to the selected FU.
- System boundary

Jawaban:
Product or System
Function
Secondary Function
Functional Unit
Reference Flow
Key Parametres
Key Parameter
Skenario 1:
Popok Clodi
Melindungi organ vital reproduksi
-
Penggunaan selama sehari (24 jam)
-          3 pcs / hari
-          Berkali – kali pakai
-          Banyaknya popok yang digunakan dalam sehari
-          Kapasitas penggunaan
-          Jarak transport sama untuk semua skenario
-          Penggunaan popok dalam sehari
-          Penggunaan popok pada bayi baru lahir (newborn)
Skenario 2:
Popok Pospak (Sekali pakai)
-          7 pcs / hari
-          1 kali pakai

How to build a strong brand

Hi readers!
Post kali ini akan membahas bagaimana cara untuk membangun sebuah brand yang kuat. Sebab pada dasarnya hal tersebut merupakan esensi dari Marketing. 
Berdasarkan namanya, marketing adalah sebuah studi yang mempelajari 'market'. What happen in a market? Well dulu ketika masih SD - SMP kita memahami pasar sebagai tempat terjadinya transaksi antara penjual dengan pembeli. 
Nah ternyata transaksi yang terjadi di pasar a.k.a market ini tidak selalu melibatkan uang dan pihak yang terlibat pun tidak selalu penjual dan pembeli saja. Namun untuk memahami apa itu marketing dengan lebih mudah, akan saya jelaskan menggunakan ilustrasi penjual - pembeli seperti berikut:

Berdasarkan apa yang kita pahami sebelumnya, di pasar kita akan menemukan penjual dan pembeli. Terjadinya transaksi pertukaran antara penjual dan pembeli ini pada satu sisi akan membentuk apa yang disebut dengan Seller's Market. 
What is seller's market?
Seller's market memiliki arti bahwa penjual memiliki sebuah produk, dan apabila kita menginginkan produk tersebut maka kita harus mendatangi penjual tersebut. Seller's market pada intinya berusaha menjual sebanyak - banyaknya produk untuk mendapatkan profit. Semakin besar volume produk yang terjual maka perusahaan akan memiliki market share yang lebih luas. Market share yang lebih luas ini berarti perusahaan akan mendapatkan harga produksi yang lebih rendah sehingga akan menghasilkan profit yang lebih tinggi. Seller's market tidak memiliki target atau segmentasi customer yang khusus sebab tujuan dari seller's market adalah menjual produk sebanyak mungkin pada sebanyak mungkin customer. Dengan kata lain seller's market adalah product - based market. Peran marketing di sini adalah berusaha membuat semakin banyak orang membeli produk yang dijual perusahaan dengan berbagai cara misalnya pemotongan harga atau diskon. Sehingga customer akan tertarik untuk membeli lebih banyak produk yang dijual oleh perusahaan.

Setelah paham dengan apa itu seller's market, kita berkenalan dengan lawan dari seller's market yakni buyer's market. 
What is buyer's market?
Buyer's market tidak berfokus pada produk melainkan pada pembeli a.k.a customer. Sehingga dengan kata lain buyer's market memiliki arti bahwa penjual akan menghasilkan produk yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh customer. Pada buyer's market akan terdapat banyak produk sehingga akan terjadi persaingan antar brand dan customer lah yang memiliki power. Peran marketing disini berbeda dengan peran marketing di seller's market. Perbedaan paling dasar ialah marketing disini tidak lagi berfokus menjual produk sebanyak - banyaknya kepada siapa saja, melainkan menjual produk kepada customer yang tepat. Mengapa demikian? Sebab seperti yang kita semua tahu keinginan antara satu customer dengan customer lainnya berbeda - beda. Sehingga sangat tidak mungkin perusahaan mampu memenuhi keinginan semua customer pada saat yang bersamaan. 
Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memilih customer mana yang akan mereka target. Hal ini disebut dengan segmentasi pasar. Setelah memilih target customer, tugas marketing berikutnya adalah mencari tahu apa yang diinginkan oleh target customer mereka. Sehingga dengan kata lain marketing di buyer's market berperan dalam memberikan nilai kepada customer yang mana nilai tersebut dapat memenuhi kebutuhan customer. Dengan demikian customer akan merasa kebutuhannya terjawab dan dengan senang hati akan melakukan pembelian berikutnya dan menjadi loyal pada brand tertentu. Customer loyalty inilah yang menjadi tujuan dan sumber profit perusahaan buyer's market. Profit yang dihasilkan perusahaan bukan dari volume produk yang terjual, melainkan dari nilai / value yang kita berikan kepada customer. Apabila perusahaan mampu memberikan value yang sesuai dengan keinginan customer, maka akan lebih mudah bagi perusahaan untuk menawarkan produk mereka menggunakan harga premium. Sebab hanya customer yang puas dan butuh lah yang mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan produk yang mereka inginkan dengan kualitas yang lebih baik.
Hal lain yang menjadi sumber profit perusahaan ialah apa yang sudah disebutkan di atas sebagai customer loyalty. Sebab ternyata biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan customer baru lebih mahal dibandingkan biaya untuk mempertahankan customer yang sudah ada. Sehingga apabila perusahaan dapat mempertahankan customer mereka, biaya yang mereka keluarkan untuk memberikan value kepada customer lebih murah sehingga dapat menghasilkan profit yang lebih tinggi.
Selain itu profit dapat didapatkan dengan apa yang disebut sebagai cross - selling. Cross - selling berarti menjual lebih dari satu produk kepada customer. Jika perusahaan telah mendapatkan loyalty dari customer, maka perusahaan akan lebih mudah untuk menjual berbagai produk lain kepada customer tersebut sebab mereka memiliki loyalitas dan kepercayaan pada perusahaan.

Lalu bagaimana untuk menciptakan sebuah brand yang kuat di mata customer?

Jawabannya adalah dengan melaksanakan 3 prinsip utama marketing yaitu:
1. Memberikan nilai / value kepada customer. Nilai / value yang diberikan oleh sebuah brand kepada customer harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan customer. Brand yang mampu memberikan value yang tepat kepada customer akan memenangkan hati customer dan menciptakan kesan yang kuat pada customer.

2. Memberikan nilai / value kepada customer sesuai dengan keinginan mereka lebih baik dari kompetitor. Brand tidak hanya mampu memberikan nilai / value, tetapi juga mampu menunjukkan kepada customer keunggulan yang mereka miliki yang tidak dimiliki oleh kompetitor lain.

3. Menentukan segmentasi, target, dan posisi brand dengan tepat. Brand yang kuat harus mampu mengelompokkan pasar menjadi segmen - segmen tertentu sesuai dengan karakteristiknya. Sebab seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa keinginan pasar / customer terlalu variatif sehingga tidak mungkin sebuah brand dapat memenuhi keinginan seluruh customer. Sehingga mengelompokkan customer sesuai dengan karakteristiknya kemudian memilih mana kelompok customer yang lebih profitable kemudian memposisikan brand mereka dengan tepat adalah prinsip yang sangat krusial dalam membentuk sebuah brand yang kuat.

Lalu apa alat yang digunakan oleh sebuah brand dalam melaksanakan ketiga prinsip di atas?

Jawabannya adalah 4P yang terdiri dari:
1. Product. Produk merupakan apa yang ditawarkan oleh brand kepada customer dalam sebuah transaksi.
2. Price. Harga merupakan apa yang diberikan oleh customer kepada brand yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
3. Promotion. Promosi merupakan cara sebuah brand dalam menyampaikan kelebihan produk yang mereka tawarkan kepada customer.
4. Place. Pemilihan tempat merupakan cara sebuah brand dalam memasarkan produknya kepada customer, misalnya dalam wujud toko fisik, online, dsb.

Wujud dari keempat aspek di atas dapat bervariasi sesuai dengan apa yang ditawarkan sebuah brand kepada customernya. Dengan kata lain produk tidak selalu berupa barang dan harga tidak selalu berupa uang. Namun prinsip dari keempat aspek tersebut pada dasarnya selalu sama. Bagaimana sebuah brand dapat memanfaatkan keempat aspek tersebut dengan cara yang cerdas dan kreatif sangat berperan dalam membuat citra sebuah brand yang kuat di mata customer.